Keterlibatan dan kerja sama banyak pihak untuk lebih erat mengenai mitigasi dan penanggulangan bencana menjadi isu utama dalam Konferensi Internasional Ilmu Lingkungan yang digelar Program Studi Ilmu Lingkungan Pascasarjana Universitas Negeri Padang Jl. Prof Hamka, Air Tawar, Padang, Kamis hingga Jumat (16/11).
Konferensi yang bertitel International Conference on Environmental Sciences (ICES) dan bertema “Disaster Mitigation, Environmental and Sustainable Development”
dibuka oleh Rektor UNP, Prof Ganefri diwakili Wakil Rektor 2 UNP, Syahril, PhD akan menampilkan sebanyak 126 makalah dari berbagai pemakalah dalam dan luar negeri.
“Rektor Prof Ganefri mengapresiasi Prodi Ilmu Lingkungan yang menggelar konferensi internasional dalam rangka merespon kondisi Indonesia yang beberapa waktu lalu mengalami bencana gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah dengan korban jiwa mencapai lebih dari 2.200 jiwa serta lebih dari 68.000 bangunan rusak,” ujar WR2 UNP, Syahril, PhD saat pembukaan konferensi ini di Auditorium UNP, Kamis (15/11) pagi.
Harapan Rektor UNP, dikatakan Syahril, konferensi ini tidak hanya wadah para ahli ilmu dan praktisi lingkungan untuk berdiskusi saja, tapi juga menjadi media dalam mengembangkan nilai-nilai pendidikan yang sultif dan kreativ dalam menghadapi tantangan zaman di era globalisasi.
Sementara itu, Ketua Pelaksana, Prof Eri Berlian menjelaskan ICES selain menampilkan 126 pemakalah, yang tak kalah pentingnya konferensi ini menghadirkan pembicara kunci dari berbagai disiplin ilmu dalam negeri dan luar negeri. Diantaranya Dr Marlina Lubis dari Kementerian Lingkungan Hidup, Simone Maynard, PhD (Konsultan Lingkungan Hdiup Australia), Dr Inrajit PAL (Thailand) Dr Jose M Reguney (University of Philipines) dan Ketua Prodi Ilmu Lingkungan Pascasarjana UNP sendiri Dr Indang Dewata.
Undangan kehormatan dalam Konferensi ini adalah para ketua Badan Kerjasama Pusat Studi Lingkungan Se-Indonesia dan anggota perkumpulan Program Studi Ilmu Lingkungan (PEPSILI), karena pada momentum Konferensi Internasional ini juga dilaksanakan Seminar Nasional BKPSL Ke-24.
Sementara itu Indang Dewata menjelaskan bencana alam akan selalu menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bencana alam tidak dapat dicegah. Namun, dapat meminimalisir korban dan perlu memastikan bahwa terdapat sumber yang akan mendukung bangkitnya wilayah bencana.
“Oleh karenanya, diperlukan adanya kerja sama yang lebih erat mengenai mitigasi dan penanggulangan bencana. Beberapa di antaranya dapat dilakukan dengan penguatan kerja sama terkait mekanisme peringatan dini, pembangunan infrastruktur tahan bencana, hingga pendanaan untuk rekonstruksi dan rehabilitasi pascabencana.
Dikatakannya, keterlibatan dan kerja sama banyak pihak untuk mitigasi bencana. Perlu kolaborasi antara pemerintah sebagai regulator dan pembuat kebijakan, kelompok ilmuan lingkungan, dan partisipasi masyarakat luas,” jelasnya.
Jadwal kegiatan hari pertama, Kamis (15/11) tiga sesi dan diakhiri dengan Seminar BKPLS dan hari kedua seminar paralel dua kali dan diakhiri dengan rapat bersama PEPSILI dan BKPLS. Pada hari Sabtu (17/11) peserta fieldtrip ke Kawasan Mandeh.
Indang menambahkan, dalam forum ICES ini juga akan menyampaikan hasil penelitian para pakar internasional mengenai mengenai mitigasi dan penanggulangan bencana serta isu-isu lingkungan lainnya dihadapan seratusan peserta yang datang dari seluruh Tanah Air.
(Sumber: Humas UNP)
Leave A Comment